PENDEKATAN INKUIRI
1.
Pengertian Pendekatan Inkuiri
Menurut Piaget, inkuiri
merupakan pendekatan yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk
melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya
sendiri, serta menghubungkan jawaban yang satu dengan yang lain, membandingkan
apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik yang lain.
Kuslan dan Stone (Dahar
dan Liliasari 1986, dalam Iskandar, 1996/1997:68) mendefinisikan “pendekatan
inkuiri sebagai pengajaran dimana guru dan murid mempelajari
peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuan”.
Hinrichsen juga
menambahkan bahwa (1999) inkuiri mengandung dua makna utama yaitu inkuiri
sebagai inti dari usaha ilmiah dan inkuiri sebagai strategi untuk belajar
mengajar IPA, sebagai strategi mengajar IPA inkuiri merupakan metode yang
mengharuskan siswa untuk mengkonstruk sendiri pengetahuannya melalui pertanyaan
mereka tentang suatu hal, kemudian merencanakan dan melakukan investigasi untuk
menjawab pertanyaan tersebut, melakukan analisis dan mengkomunikasikan hasil
penemuan mereka.
Proses-proses inkuiri
adalah menemukan masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen,
melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis, mensintesis pengetahuan,
mengembangbangkan beberapa sikap yaitu sikap objektif, ingin tahu, terbuka dan
bertanggung jawab.
Pendekatan inkuiri
merupakan pendekatan penemuan yang menuntut pengetahuan yang lebih kompleks
dibandingkan pendekatan discovery. Pada pendekatan inkuiri siswa dengan proses
mentalnya sendiri dapat menemukan suatu konsep, sehingga dalam menyusun
rancangan percobaan dilakukan atas kemampuannya sendiri. Pada pendekatan
inkuiri, permasalahan dilontarkan oleh guru, cara pemecahan masalah ditentukan
oleh siswa, penemuan kesimpulan juga dilakukan oleh siswa.
Dalam sebuah kumpulan
definisi inkuiri di inquiry page (2004)
menyatakan bahwa inkuiri merupakan suatu pendekatan pada pembelajaran yang
melibatkan suatu proses penyelidikan yang alami atau material world, yang mendorong siswa untuk bertanya, membuat
penemuan dan menguji penemuan itu melalui penelitian dalam pencarian suatu
pemahaman baru. Inkuiri yang berhubungan dengan pendidikan IPA harus
mencerminkan penyelidikan. Dengan demikian proses belajar mengajar melalui
inkuiri ini selalu melibatkan siswa dalam kegiatan diskusi dan eksperimen.
Berdasarkan beberapa
definisi di atas, dapat di simpulkan bahwa pendekatan inkuiri sebagai suatu
model pembelajaran yang terpusat pada siswa, yang mana siswa didorong untuk
terlibat langsung dalam melakukan inkuiri, yaitu bertanya, merumuskan
permasalahan, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik
kesimpulan, berdiskusi dan berkomunikasi. Dengan demikian, siswa menjadi lebih
aktif dan guru hanya berusaha membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk
terampil berfikir (minds-on activities) karena
mereka mengalami keterlibatan secara mental dan terampil secara fisik (hands-on activities) seperti terampil
merangkai alat percobaan dan sebagainya. Pelatihan dan pembiasaan siswa untuk
terampil berfikir dan terampil secara fisik tersebut merupakan syarat mutlak
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih besar yaitu tercapainya keterampilan
proses ilmiah, sekaligus sikap ilmiah disamping penguasaan konsep, prinsip,
hukum, dan teori.
2.
Tahapan-tahapan Inkuiri
Dalam website inquiry page UIUC (copyright
1998-2004 inquiry page version 1.35) dinyatakan bahwa proses inkuiri dalam
pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui 5 tahap seperti disajikan pada
gambar 1 berikut :
Gambar 2.1. :
Tahapan Inkuiri
Gambar diatas menyatakan bahwa tahapan inkuiri terdiri dari 5
tahap yaitu fase bertanya (Ask), fase
penyelidikan (investigate),
menghasilkan (create), diskusi (discuss), dan refleksi (reflect).
Setiap langkah dalam proses ini secara alami mendorong
munculnya pertanyaan baru, investigasi, dan peluang untuk “teachable moments”. Sintaks proses inkuiri disajikan pada tabel
2.1 berikut :
Tahapan
Proses Inkuiri
|
1.
Ask
Siswa
:
·
Berkeinginan untuk
menemukan sesuatu. Mulai bertanya tentang apa yang hendak diketahui. (yang
menjadi fokus pada tahap ini adalah munculnya pertanyaan atau masalah).
·
Mulai untuk
menggambarkan dan menguraikan apa artinya.
|
2.
Investigate
Siswa
:
·
Apa yang
dipikirkannya itu diwujudkan dalam tindakan.
·
Mulai untuk
mengumpulkan informasi, meneliti, mempelajari, bereksperimen, dan
mengobservasi (langkah mengumpulkan informasi menjadi suatu proses memotivasi
diri yang secara keseluruhan dimiliki oleh siswa yang terlibat).
|
3.
Create
Siswa
:
·
Informasi yang telah
didapat, pada tahap ini digabungkan. Siswa mulai membuat hubungan. (kemampuan
pada tahap ini adalah untuk mensintesis pemahaman yang merupakan percikan
kekreatifan yang membentuk semua pengetahuan baru).
·
Melakukan tugas yang
kreatif membentuk pemahaman baru, gagasan, dan teori yang signifikan diluar
pengalaman utamanya.
|
4.
Discuss
Siswa
:
·
Mulai berbagi gagasan
baru mereka dengan orang lain.
·
Mulai untuk bertanya
pada yang lain tentang investigasi dan pengalaman mereka sendiri. (bertukar
pikiran, mendiskusikan kesimpulan, dan berbagai pengalaman merupakan semua
contoh tindakan dalam proses ini).
|
5.
Reflect
Siswa
:
·
Menggunakan waktunya
untuk melihat kembali permasalahan awal atau permasalahan baru.
·
Pada tahap ini
memungkinkan untuk kembali pada tahap 1 dan selanjutnya hingga didapatkan
penyelesaian yang lebih berarti.
|
3. Langkah-langkah
Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
a. Mengidentifikasi
dan merumuskan masalah, rumusan masalah merupakan
arah yang dicapai dalam pembelajaran. Perumusan masalah harus sesuai dengan materi yang akan diajarkan dalam
pembelajaran IPA.
b. Merumuskan
Hipotesis : Dilakukan dengan diskusi dan harus sesuai dengan kemampuan siswa.
c. Mengumpulkan,
mengolah dan menganalisis data, siswa tentu harus mencari bukti-buktinya dengan
arahan guru dan sumber-sumber harus relevan.
d. Menguji
hipotesis : Data yang sudah dianalisis kemudian disimpulkan dengan mengkaji
hipotesis yaitu benar atau salah. Bila dianggap hipotesisnya kurang tepat, maka
langkah ini dapat digunakan untuk merefisi rumus masalah hipotesis, bila perlu
mengulang langkah ketiga.
e. Merumuskan
alternatif-alternatif pemecahan masalah. Apabila rumusan hipotesis sudah jelas,
dan kalau sudah terkumpul, siswa dibimbing untuk merumuskan alternatif
pemecahan masalah.
f. Menetapkan
pemecahan masalah tentu saja dengan bimbingan guru.
4.
Jenis-jenis Pendekatan Inkuiri menurut
Sound dan Trowbridge
Sound
dan Trowbridge 1973 (Mulayasa, 2008:109) mengemukakan tiga macam model inkuiri
sebagai berikut :
1. Inkuiri
terpimpin (guide inquiry)
Pada inkuiri terpimpin
pelaksanaan penyelidikan dilakukan siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru,
petunjuk yang diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang
membimbing.
2. Inkuiri
bebas (free inquiry)
Pada inkuiri bebas
siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuan. Masalah dirumuskan
sendiri, eksperimen dilakukan sendiri dan kesimpulan konsep diperoleh sendiri.
3. Inkuiri
bebas yang dimodifikasi (modified free
inquiry)
Pada inkuiri ini guru
memberikan permasalahan dan kemudian siswa diminta memecahkan permasalahan
tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
Dari ketiga model inkuiri tersebut,
model inkuiri yang penulis gunakan adalah inkuiri terpimpin.
Pendekatan inkuiri
dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat berikut : (1) guru harus
terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas (persoalan
bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/problemik) dan sesuai
dengan daya nalar siswa; (2) guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar
siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan; (3) adanya fasilitas
dan sumber belajar yang cukup; (4) adanya kebebasan siswa untuk berpendapat,
berdiskusi; (5) partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar, dan (6)
tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa.
5.
Prinsip-prinsip Pendekatan Inkuiri
Dalam
penggunaan pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru,
diantaranya :
a. Berorientasi
pada Pengembangan Intelektual.
Tujuan utama dari strategi inkuiri
adalah pengembangan kemampuan berpikir. Tidak sebatas penguasaan materi tetapi
sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.
b. Prinsip
Interaksi.
Guru tidak menempatkan diri sebagai
sumber belajar tetapi sebagai pengatur interaksi agar siswa mengembangkan
kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
c. Prinsip
Bertanya.
Guru berperan sebagai penanya karena
kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan merupakan sebagian dari proses
berpikir.
d. Prinsip
Belajar untuk Berpikir.
Belajar bukan sekedar mengingat sejumlah
fakta tetapi proses berpikir (learning
how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak
kiri maupun otak kanan, baik otak reptile, otak limbic, maupun otak neokortek.
e. Prinsip
Keterbukaan.
Tugas guru adalah menyediakan ruang
untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara
terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang dianjurkannya.
6.
Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan
Inkuiri
Berikut
ini adalah beberapa kelebihan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran inkuiri :
a. Bruner (Amin, 1987:133), seorang psiklog
dari Harvard University di Amerika Serikat menyatakan beberapa keuntungan
metode inkuiri sebagai berikut :
1. Siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan
ide-ide lebih baik.
2. Membantu dalam menggunakan daya ingat dan
transfer pada situasi-situasi proses belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan
merumuskan hipotesisnya sendiri.
4. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja
atas inisiatifnya sendiri.
5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsic.
6. Situasi proses belajar menjadi lebih
merangsang.
b. Pengajaran berubah dari “teacher-centered”
menjadi “student centered”
c. Dapat membentuk dan mengembangkan konsep
diri (self concept)
d. Tingkat pengharapan bertambah.
e. Dapat meningkatkan bakat kemampuan individu.
f. Dapat menghindarkan siswa dari cara-cara
belajar tradisional (menghafal)
g. Memberikan waktu bagi siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
h. Menekankan kepada pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih
bermakna.
i. Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka.
j. Sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman.
k. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar
yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
7. Keuntungan
Pendekatan Inkuiri
Menurut
Amin (dalam Suryanti, 2009,142) pendekatan inkuri sebagai strategi pembelajaran
memiliki beberapa keuntungan yaitu :
a. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas
inisiatifnya sendiri.
b. Menciptakan suasana akademik yang mendukung
berlangsungnya pembelajaran yang berpusat pada siswa.
c. Membantu siswa mengembangkan konsep diri
yang positif.
d. Meningkatkan penghargaan sehingga siswa
mengembangkan ide untuk menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri.
e. Mengembangkan bakat individual secara
optimal.
f. Menghindarkan siswa dari cara belajar
menghafal.
8.
Kekurangan Pendekatan Inkuiri
Adapun
kekurangan pembelajaran yang menggunakan pendekatan inkuiri, diantaranya :
1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan
siswa.
2. Sulit dalam merancang pembelajaran oleh
karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya,
memerlukan waktu yang telah ditentukan.
4. Selama kriteria keberhasilan belajar
ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, strategi
pembelajaran inkuiri akan sulit di implementasikan oleh setiap guru, (Sanjaya,
2008:2006).
9.
Kesulitan Pembelajaran Inkuiri
Sebagai suatu strategi yang
baru, dalam penerapannya Strategi Pembelajaran
Inkuiri (SPI) terdapat beberapa
kesulitan diantaranya :
a. SPI merupakan strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses berpikir yang berstandarkan dua sayap yang sama
penting, yaitu proses belajar dan hasil belajar. Selama ini guru sudah terbiasa
dengan pola pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada penyampaian
informasi sehingga sulit untuk mengubahnya.
b. Sejak lama tertanam dalam budaya belajar
siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru
sehingga bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama. Dengan demikian
sulit untuk mengubah cara belajar mereka sebagai proses berpikir. Akibatnya
mereka akan mengalami kesulitan manakala diajak memecahkan suatu persoalan,
disuruh bertanya dan menjawab pertanyaan.
c. Berhubungan dengan sistem pendidikan kita
yang dianggap tidak konsisten. Sistem pendidikan menganjurkan agar proses
pembelajaran lebih mengarahkan pada cara belajar siswa aktif, tetapi sistem
evaluasi masih berorientasi pada pengembangan aspek kognitif saja. Dengan
demikian guru sebagai pelaksana di lapangan mengalami kebingungan.
10.
Penerapan Pendekatan Inkuri dalam
Pembelajaran IPA di SD
Pendekatan inkuri
adalah suatu pendekatan yang menggunakan cara bagaimana atau jalan apa yang
harus ditempuh oleh siswa dengan bimbingan guru sampai pada penemuan-penemuan.
Piaget
dalam Sliman (2007:4) menjelaskan tentang pendekatan inkuiri sebagai
pembelajaran ialah pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk
melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu,
ingin menggunakan simbol mencari jawaban
atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan satu dengan yang lain,
membandingkan apa yang mereka temukan dengan yang orang lain temukan. Menurut
(Jorolimek dalam Najimudin),inkuiri merupakan pendekatan siswa.
Melalui
pendekatan inkuiri guru akan membantu mengembangkan keterampilan dan sikap
percaya diri dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Jika model ini sering
digunakan secara teratur berarti berguna untuk membelajarkan siswa dalam menemukan masalahnya sendiri dan sekaligus
memecahkannya.
Pendekatan
inkuiri merupakan proses pembelajaran yang menekankan pada pengembangan
kemampuan siswa untuk memecahkan satu masalah yang dibatasi oleh satu disiplin
ilmu.
Dalam
menanamkan konsep, misalnya konsep gerak di kelas III SD, pembelajaran ini akan
lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk melakukan dan ikut terlibat
secara aktif dalam menemukan konsep gerak benda yang dibimbing guru.
11. Teori Belajar yang Mendukung Pendekatan
Inkuiri
Menurut Gegne dalam
Dahar, belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman. Teori belajar yang mendukung pendekatan inkuiri
adalah teori perkembangan Piaget, bahwa proses belajar seseorang akan mengikuti
pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umumnya. Perjenjangan ini
bersifat hierarchies, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan
tidak dapat belajar sesuai yang berada diluar tahap kognitifnya. Teori belajar
Bruner, perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh caranya melihat lingkungan. Yakni tahap enaktif, dimana
individu melakukan aktivitas dalam usahanya memahami lingkungan. Tahap ikonik
dimana ia melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Tahap
simbolik dimana ia mempunyai gagasan abstrak yang dipengaruhi bahasa dan
logika.
Teori
belajar bermakna Asuabel, belajar seharusnya merupakan apa yang disebut
asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Untuk itu, diperlukan dua
persyaratan yang dikemukakan oleh Relly & Lewis 1983 : materi yang secara
potensial bermakna, dan dipilih serta diatur dan harus sesuai dengan tingkatn
perkembangan siswa. Suatu situasi belajar yang bermakna factor motivasional
mengasimilasi materi baru apabila tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan
bagaimana melakukannya.