Friday 12 April 2013

Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran


PENDEKATAN INKUIRI
 
1.    Pengertian Pendekatan Inkuiri
       Menurut Piaget, inkuiri merupakan pendekatan yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan jawaban yang satu dengan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik yang lain.
       Kuslan dan Stone (Dahar dan Liliasari 1986, dalam Iskandar, 1996/1997:68) mendefinisikan “pendekatan inkuiri sebagai pengajaran dimana guru dan murid mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuan”.
       Hinrichsen juga menambahkan bahwa (1999) inkuiri mengandung dua makna utama yaitu inkuiri sebagai inti dari usaha ilmiah dan inkuiri sebagai strategi untuk belajar mengajar IPA, sebagai strategi mengajar IPA inkuiri merupakan metode yang mengharuskan siswa untuk mengkonstruk sendiri pengetahuannya melalui pertanyaan mereka tentang suatu hal, kemudian merencanakan dan melakukan investigasi untuk menjawab pertanyaan tersebut, melakukan analisis dan mengkomunikasikan hasil penemuan mereka.
       Proses-proses inkuiri adalah menemukan masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen, melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis, mensintesis pengetahuan, mengembangbangkan beberapa sikap yaitu sikap objektif, ingin tahu, terbuka dan bertanggung jawab.
       Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan penemuan yang menuntut pengetahuan yang lebih kompleks dibandingkan pendekatan discovery. Pada pendekatan inkuiri siswa dengan proses mentalnya sendiri dapat menemukan suatu konsep, sehingga dalam menyusun rancangan percobaan dilakukan atas kemampuannya sendiri. Pada pendekatan inkuiri, permasalahan dilontarkan oleh guru, cara pemecahan masalah ditentukan oleh siswa, penemuan kesimpulan juga dilakukan oleh siswa.
       Dalam sebuah kumpulan definisi inkuiri di inquiry page (2004) menyatakan bahwa inkuiri merupakan suatu pendekatan pada pembelajaran yang melibatkan suatu proses penyelidikan yang alami atau material world, yang mendorong siswa untuk bertanya, membuat penemuan dan menguji penemuan itu melalui penelitian dalam pencarian suatu pemahaman baru. Inkuiri yang berhubungan dengan pendidikan IPA harus mencerminkan penyelidikan. Dengan demikian proses belajar mengajar melalui inkuiri ini selalu melibatkan siswa dalam kegiatan diskusi dan eksperimen.
       Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat di simpulkan bahwa pendekatan inkuiri sebagai suatu model pembelajaran yang terpusat pada siswa, yang mana siswa didorong untuk terlibat langsung dalam melakukan inkuiri, yaitu bertanya, merumuskan permasalahan, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, berdiskusi dan berkomunikasi. Dengan demikian, siswa menjadi lebih aktif dan guru hanya berusaha membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berfikir (minds-on activities) karena mereka mengalami keterlibatan secara mental dan terampil secara fisik (hands-on activities) seperti terampil merangkai alat percobaan dan sebagainya. Pelatihan dan pembiasaan siswa untuk terampil berfikir dan terampil secara fisik tersebut merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih besar yaitu tercapainya keterampilan proses ilmiah, sekaligus sikap ilmiah disamping penguasaan konsep, prinsip, hukum, dan teori.
2.    Tahapan-tahapan Inkuiri
       Dalam website inquiry page UIUC (copyright 1998-2004 inquiry page version 1.35) dinyatakan bahwa proses inkuiri dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui 5 tahap seperti disajikan pada gambar 1 berikut :
 
 
 Gambar 2.1. : Tahapan Inkuiri
       Gambar diatas menyatakan bahwa tahapan inkuiri terdiri dari 5 tahap yaitu fase bertanya (Ask), fase penyelidikan (investigate), menghasilkan (create), diskusi (discuss), dan refleksi (reflect).
       Setiap langkah dalam proses ini secara alami mendorong munculnya pertanyaan baru, investigasi, dan peluang untuk “teachable moments”. Sintaks proses inkuiri disajikan pada tabel 2.1 berikut :
Tahapan Proses Inkuiri
1.          Ask
Siswa :
·            Berkeinginan untuk menemukan sesuatu. Mulai bertanya tentang apa yang hendak diketahui. (yang menjadi fokus pada tahap ini adalah munculnya pertanyaan atau masalah).
·            Mulai untuk menggambarkan dan menguraikan apa artinya.
2.          Investigate
Siswa :
·            Apa yang dipikirkannya itu diwujudkan dalam tindakan.
·            Mulai untuk mengumpulkan informasi, meneliti, mempelajari, bereksperimen, dan mengobservasi (langkah mengumpulkan informasi menjadi suatu proses memotivasi diri yang secara keseluruhan dimiliki oleh siswa yang terlibat).
3.          Create
Siswa :
·            Informasi yang telah didapat, pada tahap ini digabungkan. Siswa mulai membuat hubungan. (kemampuan pada tahap ini adalah untuk mensintesis pemahaman yang merupakan percikan kekreatifan yang membentuk semua pengetahuan baru).
·            Melakukan tugas yang kreatif membentuk pemahaman baru, gagasan, dan teori yang signifikan diluar pengalaman utamanya.
4.          Discuss
Siswa :
·            Mulai berbagi gagasan baru mereka dengan orang lain.
·            Mulai untuk bertanya pada yang lain tentang investigasi dan pengalaman mereka sendiri. (bertukar pikiran, mendiskusikan kesimpulan, dan berbagai pengalaman merupakan semua contoh tindakan dalam proses ini).
5.          Reflect
Siswa :
·            Menggunakan waktunya untuk melihat kembali permasalahan awal atau permasalahan baru.
·            Pada tahap ini memungkinkan untuk kembali pada tahap 1 dan selanjutnya hingga didapatkan penyelesaian yang lebih berarti.

3.    Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
a.    Mengidentifikasi dan merumuskan masalah, rumusan masalah merupakan arah yang dicapai dalam pembelajaran. Perumusan masalah         harus sesuai dengan materi yang akan diajarkan dalam pembelajaran IPA.
b.    Merumuskan Hipotesis : Dilakukan dengan diskusi dan harus sesuai dengan kemampuan siswa.
c.    Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data, siswa tentu harus mencari bukti-buktinya dengan arahan guru dan sumber-sumber harus relevan.
d.    Menguji hipotesis : Data yang sudah dianalisis kemudian disimpulkan dengan mengkaji hipotesis yaitu benar atau salah. Bila dianggap hipotesisnya kurang tepat, maka langkah ini dapat digunakan untuk merefisi rumus masalah hipotesis, bila perlu mengulang langkah ketiga.
e.    Merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah. Apabila rumusan hipotesis sudah jelas, dan kalau sudah terkumpul, siswa dibimbing untuk merumuskan alternatif pemecahan masalah.
f.     Menetapkan pemecahan masalah tentu saja dengan bimbingan guru.
4.    Jenis-jenis Pendekatan Inkuiri menurut Sound dan Trowbridge
       Sound dan Trowbridge 1973 (Mulayasa, 2008:109) mengemukakan tiga macam model inkuiri sebagai berikut :
1.    Inkuiri terpimpin (guide inquiry)
       Pada inkuiri terpimpin pelaksanaan penyelidikan dilakukan siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru, petunjuk yang diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.
2.    Inkuiri bebas (free inquiry)
       Pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuan. Masalah dirumuskan sendiri, eksperimen dilakukan sendiri dan kesimpulan konsep diperoleh sendiri.
3.    Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry)
       Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan dan kemudian siswa diminta memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
Dari ketiga model inkuiri tersebut, model inkuiri yang penulis gunakan adalah inkuiri terpimpin.
       Pendekatan inkuiri dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat berikut : (1) guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/problemik) dan sesuai dengan daya nalar siswa; (2) guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan; (3) adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup; (4) adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berdiskusi; (5) partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar, dan (6) tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa.
5.    Prinsip-prinsip Pendekatan Inkuiri
       Dalam penggunaan pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru, diantaranya :
a.    Berorientasi pada Pengembangan Intelektual.
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Tidak sebatas penguasaan materi tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.
b.    Prinsip Interaksi.
Guru tidak menempatkan diri sebagai sumber belajar tetapi sebagai pengatur interaksi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
c.    Prinsip Bertanya.
Guru berperan sebagai penanya karena kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan merupakan sebagian dari proses berpikir.
d.    Prinsip Belajar untuk Berpikir.
Belajar bukan sekedar mengingat sejumlah fakta tetapi proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, baik otak reptile, otak limbic, maupun otak neokortek.
e.    Prinsip Keterbukaan.
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang dianjurkannya.
6.    Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inkuiri
       Berikut ini adalah beberapa kelebihan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran inkuiri :
a.    Bruner (Amin, 1987:133), seorang psiklog dari Harvard University di Amerika Serikat menyatakan beberapa keuntungan metode inkuiri sebagai berikut :
1.    Siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
2.    Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi proses belajar yang baru.
3.    Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
4.    Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
5.    Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsic.
6.    Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
b.    Pengajaran berubah dari “teacher-centered” menjadi “student centered”
c.    Dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri (self concept)
d.    Tingkat pengharapan bertambah.
e.    Dapat meningkatkan bakat kemampuan individu.
f.     Dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar tradisional (menghafal)
g.    Memberikan waktu bagi siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
h.    Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
i.     Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
j.     Sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
k.    Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
7.    Keuntungan Pendekatan Inkuiri
       Menurut Amin (dalam Suryanti, 2009,142) pendekatan inkuri sebagai strategi pembelajaran memiliki beberapa keuntungan yaitu :
a.    Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
b.    Menciptakan suasana akademik yang mendukung berlangsungnya pembelajaran yang berpusat pada siswa.
c.    Membantu siswa mengembangkan konsep diri yang positif.
d.    Meningkatkan penghargaan sehingga siswa mengembangkan ide untuk menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri.
e.    Mengembangkan bakat individual secara optimal.
f.     Menghindarkan siswa dari cara belajar menghafal.
8.    Kekurangan Pendekatan Inkuiri
       Adapun kekurangan pembelajaran yang menggunakan pendekatan inkuiri, diantaranya :
1.    Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2.    Sulit dalam merancang pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3.    Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang telah ditentukan.
4.    Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, strategi pembelajaran inkuiri akan sulit di implementasikan oleh setiap guru, (Sanjaya, 2008:2006).
9.    Kesulitan Pembelajaran Inkuiri
       Sebagai suatu strategi yang baru, dalam penerapannya Strategi Pembelajaran
Inkuiri (SPI) terdapat beberapa kesulitan diantaranya :
a.    SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang berstandarkan dua sayap yang sama penting, yaitu proses belajar dan hasil belajar. Selama ini guru sudah terbiasa dengan pola pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada penyampaian informasi sehingga sulit untuk mengubahnya.
b.    Sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru sehingga bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama. Dengan demikian sulit untuk mengubah cara belajar mereka sebagai proses berpikir. Akibatnya mereka akan mengalami kesulitan manakala diajak memecahkan suatu persoalan, disuruh bertanya dan menjawab pertanyaan.
c.    Berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang dianggap tidak konsisten. Sistem pendidikan menganjurkan agar proses pembelajaran lebih mengarahkan pada cara belajar siswa aktif, tetapi sistem evaluasi masih berorientasi pada pengembangan aspek kognitif saja. Dengan demikian guru sebagai pelaksana di lapangan mengalami kebingungan.
10. Penerapan Pendekatan Inkuri dalam Pembelajaran IPA di SD
       Pendekatan inkuri adalah suatu pendekatan yang menggunakan cara bagaimana atau jalan apa yang harus ditempuh oleh siswa dengan bimbingan guru sampai pada penemuan-penemuan.
       Piaget dalam Sliman (2007:4) menjelaskan tentang pendekatan inkuiri sebagai pembelajaran ialah pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat  apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol  mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan satu dengan yang lain, membandingkan apa yang mereka temukan dengan yang orang lain temukan. Menurut (Jorolimek dalam Najimudin),inkuiri merupakan pendekatan siswa.
       Melalui pendekatan inkuiri guru akan membantu mengembangkan keterampilan dan sikap percaya diri dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Jika model ini sering digunakan secara teratur berarti berguna untuk membelajarkan siswa dalam  menemukan masalahnya sendiri dan sekaligus memecahkannya.
       Pendekatan inkuiri merupakan proses pembelajaran yang menekankan pada pengembangan kemampuan siswa untuk memecahkan satu masalah yang dibatasi oleh satu disiplin ilmu.        
       Dalam menanamkan konsep, misalnya konsep gerak di kelas III SD, pembelajaran ini akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk melakukan dan ikut terlibat secara aktif dalam menemukan konsep gerak benda yang dibimbing guru.
11.  Teori Belajar yang Mendukung Pendekatan Inkuiri
       Menurut Gegne dalam Dahar, belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Teori belajar yang mendukung pendekatan inkuiri adalah teori perkembangan Piaget, bahwa proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umumnya. Perjenjangan ini bersifat hierarchies, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan tidak dapat belajar sesuai yang berada diluar tahap kognitifnya. Teori belajar Bruner, perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan. Yakni tahap enaktif, dimana individu melakukan aktivitas dalam usahanya memahami lingkungan. Tahap ikonik dimana ia melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Tahap simbolik dimana ia mempunyai gagasan abstrak yang dipengaruhi bahasa dan logika.
       Teori belajar bermakna Asuabel, belajar seharusnya merupakan apa yang disebut asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Untuk itu, diperlukan dua persyaratan yang dikemukakan oleh Relly & Lewis 1983 : materi yang secara potensial bermakna, dan dipilih serta diatur dan harus sesuai dengan tingkatn perkembangan siswa. Suatu situasi belajar yang bermakna factor motivasional mengasimilasi materi baru apabila tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya.